Senin, 31 Oktober 2016

Economic of Information


Oleh Said Mala

Dalam kepustakaan ekonomi neoklasik, semua fenomena ekonomi adalah sempurna (perfect) atau simetrik. Pasar ditengarai memberi informasi dan bekerja dengan sempurna (perfect information). Faktanya, bagi produsen, fenomena ekonomi tidak lebih dari bagaimana meminimumkan biaya (minimized cost), selanjutnya dalam jangka panjang menghasilkan keuntungan maksimum. Begitu pula, memaksimumkan kepuasan (utility) dengan mengelola kendala (constraint) merupakan logika positivistik sang konsumen.

Kursi pesawat kadang tak terisi dalam setiap penerbangan. Masih ada saja tempat duduk kosong di bioskop saat film diputar. Terdapat sesuatu yang tidak bisa dijawab oleh pasar, bagaimana economic of information bekerja? Tidak sesempurna asumsi yang dibangun dalam kepustakaan tersebut.


Bersama Sang Guru, Prof. Akhmad Fauzi
 
Sekurang-kurangnya, terdapat empat fenomena yang perlu mendapat perhatian dari pertanyaan diatas. Keempatnya, diantaranya, 1). market imperfect; 2). asymetrical information; 3). non-profit organization; dan 4). bargaining information. Interaksi diantara fenomena tersebut memberi landasan bagi kita mengamati perilaku perekonomian di tingkat mikro.

Pasar yang tidak sempurna terjadi akibat tidak tersedianya informasi yang memadai. Eksternalitas seperti, pengangguran, kursi pesawat yang tak terisi penuh, tidak meratanya distribusi property right atau disalokasi sumberdaya, melahirkan biaya transaksi. Di sisi lain, terdapat institusi terkecil dalam sebuah perekonomian yang dapat dijadikan contoh organisasi nir-laba, yakni keluarga.

Anggota keluarga biasanya melakukan sendiri pekerjaan rumah, seperti mencuci peralatan makan, membersihkan halaman, mengepel lantai dan sebagainya. Mereka tidak mendapatkan upah. Sebaliknya, jika mereka bekerja di tempat lain--katakanlah sebagai office boy--diberi upah. Bagi profitable organization berlaku proses tawar-menawar ataupun negosiasi--melalui aggreement. Dengan demikian berlogika pasar. Sebaliknya berlaku keikhlasan (norma) dalam non-profitable organization. Kembali pada logika neoklasik, terdapat anggapan tidak terdapat dispersi harga, dengan demikian berlaku fully inform. Logika ini melahirkan keyakinan teoritik selalu terciptanya keseimbangan demand and supply di pasar (persaingan sempurna) yang pada kenyataannya tidak demikian. Dalam aras ini, kita dapat mengenali apa yang disebut sebagai bargaining information; biaya searching, etc.

1. Market for Lemon Car
Ketika anda membeli mobil bekas, sebenarnya anda menghadapi asimetric information. Barang tersebut menjadi kompleks (kompleks komoditi). Kita perlu menganalisa engine-nya, kualitasnya, kenyamanan, efisiensi. Dengan demikian kita tidak memperoleh fully inform.

2. Searching Theory
Bagaimana informasi disebar yang menghasilkan akumulasi informasi dan membantu melihat dispersi harga menuju kepada keseimbangan (equilibrium). Pencarian dilakukan secara sequent sehingga me-reduce the risk (bisa berkaitan dengan costly) dan mengoptimalkan ekpektasi yang terbangun. Dalam konteks ini, orang menjadi haus informasi.

Kesimpulannya, terdapat dua hal yang erat berkaitan, bahwa information ini berkaitan dengan biaya transaksi (transaction cost). Dengan demikian, tidak mungkin adanya biaya transaksi tanpa diikuti dengan biaya informasi. Begitulah kaidahnya. Hal ini menjawab, mengapa dalam kepustakaan ekonomi neoklasik, biaya transaksi dianggap zero, karena informasi dianggap sempurna (symetrical information).

Akhirnya, tiga sekawan yang kita sebut information, transaction cost, dan property right saling terkait membentuk perilaku perekonomian dengan segala implikasinya. Ketiganya tidak sempurna. Terdapat asymetrical information melahirkan biaya transaksi sehingga property right tidak terdistribusi dengan sempurna.

(Intisari percakapan singkat dengan sang Guru, Prof. Akhmad Fauzi di sela-sela Acara Social Capital PWD IPB, 2016).

@sudut barat puri batu hulung, Dramaga Bogor